Senin, 26 April 2010

Green Computing


Di blog sebelumnya ada dibahas bagaimana Green Computing perlu dilakukan, merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan. Tetapi, sebenarnya apa maksud dari green computing?

Istilah ”green computing” pertama kali muncul setelah U.S. Environmental Protection Agency (EPA) meluncurkan program Energy Star pada tahun 1992. Energy Star adalah program memberikan label yang didesain untuk mempromosikan dan memberikan penghargaan bagi penerap efisiensi energi pada teknologi monitor, pengontrol iklim, dan teknologi lainnya. Energy Star secara umum mencakup isu-isu mengenai konsumsi energi. Istilah green computing muncul dengan semakin dikenalnya Energy Star, khususnya mengenai bagaimana mengefisienkan konsumsi energi pada penggunaan produk komputer. Landasan pergerakan green computing adalah kebutuhan akan economic viability (keberlangsungan hidup), social responsibility (tanggung jawab sosial) dan environmental impact (pengaruh lingkungan).

 

Definisi green computing menurut beberapa peneliti adalah sebagai berikut:
• How to use your computer more sustainably (Young Yi)
• Information technology that is environmental friendly and energy efficient (Wachara Chantatub)
• The study and practice of using computing resources efficiently (Rawan M. Al-Ghofaili)
• Reduce the increasing amount of useless data/work (Jordi Torres)

Lima kata kunci yang muncul dari beberapa definisi diatas adalah sustainability, environmental friendly, energy efficient, resource efficient dan reduce useless work. Dapat dilihat bahwa green computing tidak hanya membahas tentang konsumsi energi, tapi juga bagaimana menggunakan computer beserta berbagai tools dan peralatannya dengan lebih efisien dan jelas manfaatnya.

Green computing dapat disimpulkan sebagai suatu praktek studi dalam menggunakan computing resources secara efisien. Tujuan utama dari green computing adalah memperhitungkan “triple bottom line” (people, planet, profit), suatu perpanjangan spekturm dari nilai dan criteria untuk mengukur kesuksesan organisasi. Hasil yang ingin dicapai dari green computing memiliki kesamaan dengan green chemistry, yaitu mengurangi penggunaan material yang berbahaya (hazardous), memaksimalkan penggunaan energi secara efisien, dan mengutamakan kemampuan daur ulang serta biodegradability dari produk-produk yang sudah tidak terpakai dan dari pembuangan pabrik. 

Sistem IT sekarang ini bergantung pada sekumpulan orang yang kompleks, jaringan dan hardware. Oleh karena itu, inisiatif dari green computing harus bersifat sistematik dengan alam dan dapat mengatasi masalah-masalah kompleks yang terus bertambah. Elemen-elemen dari solusi dalam menerapkan green computing terdiri atas kepuasan end-user, restrukturisasi manajemen, penyesuaian regulasi, pembuangan sampah elektronik, telecommuting, virtualization of server resources, penggunaan energi, solusi thin-client, dan ROI (return of investment)

dari berbagai sumber:

http://en.wikipedia.org/wiki/Green_computing
http://www.deloitte.co.uk/TMTPredictions/technology/Green-and-lean-it-data-centre-efficiency.cfm
http://romisatriawahono.net/2008/12/22/green-computing-untuk-orang-lugu/
http://energypriorities.com/entries/2007/06/what_is_green_it_data_centers.php
http://green.wikia.com/wiki/Green_Computing
http://searchdatacenter.techtarget.com/sDefinition/0,,sid80_gci1246959,00.html
http://hsifles.wordpress.com/2009/03/13/green-computing/
Castro Daniel; Learning from the Korean Green IT Strategy; August 5, 2009.
D-Link, Green Computing and D-Link, February, 2009.

'Go' Green Computing


Pada Januari 2008, harga minyak mentah menyentuh $100 per barrel untuk pertama kalinya. Pada Mei 2008, diperkirakan harga minyak mentah akan mencapai $200. Pada akhir tahun 2008, perusahaan yang mengatakan harga minyak tidak akan melewati $100 sekarang tampak memiliki gangguan penglihatan.

Perubahan mendadak yang terjadi hanya dalam jangka waktu 5 bulan memperlihatkan harga energi dapat dengan cepat berubah. Lebih jauh lagi, persediaan sumber daya terus menipis, sumber daya alternatif seperti biofuels juga masih tidak jelas, dan perubahan geopolitik juga tidak dapat diprediksi.

Berdasarkan hal-hal diatas, kebutuhan perusahaan untuk dapat mengontrol konsumsi energi dalam hal teknologi dan hal umum lainnya tetap menjadi masalah yang harus diperhatikan.

Teknologi menghasilkan polusi. Konsumsi energi yang berkaitan dengan teknologi semakin meningkat dengan cepat. Menurut laporan U.S. Environmental Protection Agency (EPA), industri IT mengkomsumsi sekitar 61 milyar kilowatt-hours listrik. Jumlah tersebut merupakan 1.5 persen dari total konsumsi listrik di U.S. Biaya listrik kurang lebih adalah $4.5 milyar. Server dan data center yang disediakan oleh pemerintahan Amerika Serikat menggunakan sekitar 10 persen atau 6 milyar kWh dari total konsumsi. Laporan tersebut memperkirakan konsumsi tenaga untuk IT dapat meningkat dua kali lipat pada tahun 2011.

Peningkatan data center membutuhkan penambahan server, juga membutuhkan penambahan peralatan pendingin dan ventilasi, yang semuanya mengkonsumsi sejumlah besar energi listrik. Selain itu, lead, merkuri, cadmium, dan elemen toxic lainnya yang terkandung dalam material-material pembentuk hardware juga membahayakan kesehatan manusia dan planet.

Walaupun demikian, teknologi juga membantu dalam menyembuhkan planet dan melindungi ekosistem yang mendukung kehidupan. Semakin banyak pendingin, server dan ventilasi yang didesain dengan lebih baik sehingga mengurangi besarnya kebutuhan listrik yang diperlukan oleh data center secara dramatis. Komputer, laptop, dan produk jaringan yang baru juga dibuat dengan material yang lebih aman dan built-in dengan program daur ulang. Peningkatan jaringan juga memungkinkan pekerja untuk bekerja tanpa perlu melakukan perjalanan travel yang jauh dan mengurangi beban pada sistem transportasi yang berujung pada berkurangnya beban pada lingkungan.

Konsumen, pemimpin bisnis, dan organisasi dari semua jenis telah memunculkan suatu semangat yang lebih memperhatikan lingkungan. Di seluruh dunia, orang-orang menuntut produk-produk yang lebih bersahabat dengan lingkungan, pembuat standar membuat regulasi agar dibuat desain, pembuangan, dan konsumsi listrik yang lebih baik, serta industri teknologi memberikan solusi yang dapat menggunakan high-performance computing dengan tetap memikirkan masalah ekologi.

Ramah lingkungan (green) adalah sesuatu yang baik. Inisiatif baru dibuat dan dengan cepat menunjukan hasilnya dalam seluruh industri IT. Dengan menggunakan perangkat yang ramah lingkungan, mendesain dan membangun solusi ramah lingkungan, serta mendaur ulang hardware secara kontinu dapat memberikan beberapa keuntungan seperti menghemat biaya dan menghemat energi, dapat memenuhi tuntutan konsumen untuk produk yang lebih bersih dan lebih eco-friendly, dan juga memiliki nilai lebih terhadap konsumen dan partner yang ingin bekerja sama dengan perusahaan yang ramah lingkungan. Selain keuntungan tersebut, juga terdapat keuntungan yang lebih dalam, yaitu peduli terhadap lingkungan dan secara aktif mengambil langkah yang dapat menjaga planet, kesehatan manusia, flora dan fauna, serta kesehatan generasi yang mendatang. Atas dasar pemikiran penghijauan (green) industri IT harus mulai lebih memperhatikan dampak dari industrinya dan mulai melakukan green computing.

dari berbagai sumber:

http://en.wikipedia.org/wiki/Green_computing
http://www.deloitte.co.uk/TMTPredictions/technology/Green-and-lean-it-data-centre-efficiency.cfm
http://romisatriawahono.net/2008/12/22/green-computing-untuk-orang-lugu/
http://energypriorities.com/entries/2007/06/what_is_green_it_data_centers.php
http://green.wikia.com/wiki/Green_Computing
http://searchdatacenter.techtarget.com/sDefinition/0,,sid80_gci1246959,00.html
http://www.uoregon.edu/~recycle/Conservation_computing_text.htm
http://ecenter.colorado.edu/energy/projects/green_computing.html
http://www.tech-faq.com/green-computing.shtml
Castro Daniel; Learning from the Korean Green IT Strategy; August 5, 2009.
D-Link, Green Computing and D-Link, February, 2009.

Minggu, 25 April 2010

Model Konversi Knowledge

Seperti yang sudah kita ketahui, pengetahuan atau knowledge dibagi menjadi dua, yaitu tacit dan explicit. Nah, bagaimana suatu Tacit Knowledge dapat menjadi Explicit Knowledge, berikut adalah model konversi knowledge menurut Ikujiro Nonaka dan Hirotaka Takeuchi. 

1. Tacit Knowledge ke Explicit Knowledge, disebut proses Externalization
2. Tacit Knowledge ke Tacit Knowledge, disebut proses Socialization
3. Explicit Knowledge ke Explicit Knowledge, disebut proses Combination
4. Explicit Knowledge ke Tacit Knowledge, disebut proses Internalization


Socialization: membagi pengalaman melalui observasi, imitasi dan praktek. Konversi knowledge dari tacit ke tacit merupakan suatu proses "watching somebody, then doing it", "melihat kemudian melakukannya." Socialization dikenal juga dengan nama Sympathized Knowledge.

Externalizationknowledge yang ada dihasilkan melalui proses analogi, konsep, hipotesis dan model. Jadi, "doing it, then describe it", "melakukannya kemudian mendeskripsikannya." Externalization dikenal juga dengan sebutan Conceptual Knowledge.

Combinationmengkonfigurasi ulang suatu informasi melalui sorting, adding, combining dan categorizing explicit knowledge. "Reading about it, then describing it", "membaca, kemudian mendeskripsikannya." Combination dikenal juga dengan sebutan Systemic Knowledge.

Internalizationmempelajari dengan melakukan untuk diterapkan dalam dokumen, manual, dan SOP (Sytem perating Procedures).  "Reading about it, then doing it", "membaca kemudian melakukannya." Internalization dikenal juga dengan sebutan Operational Knowledge.

Sumber: 

Elias M. Awad & Hassan M. Ghaziri. Knowledge Management, Prentice Hall, Inc., A Pearson Education Company. 2003.

Knowledge


'Knowledge' adalah Pengetahuan, dan pengetahuan yang ada sangatlah penting, dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perusahaan. Berikut akan dijabarkan mengenai pengertian dari knowledge serta jenis dan level dari knowledge.

Menurut Thomas Davenpport, Knowledge merupakan gabungan pengalaman, nilai, informasi intelektual, pandangan pakar dan intuisi mendasar yang memberikan suatu lingkungan dan kerangka untuk mengevaluasi dan menyatukan pengalaman baru dengan informasi. Pada perusahaan, Knowledge sering terkait tidak saja pada dokumen atau tempat penyimpanan barang berharga, tetapi juga pada rutinitas, proses, praktek dan norma perusahaan.

Knowledge dibagi menjadi dua jenis yaitu Explicit Knowledge dan Tacit Knowledge:
a. Explicit Knowledge
Adalah sesuatu yang dapat diekspresikan dengan kata-kata dan angka, serta dapat disampaikan dalam bentuk ilmiah, spesifikasi, manual dan sebagainya. Knowledge jenis ini dapat segera diteruskan dari satu individu ke individu lainnya secara formal dan sistematis. Explicit Knowledge juga dapat diartikan sebagai suatu proses, metode, cara, pola bisnis dan pengalaman desain dari suatu produksi.

b. Tacit Knowledge
Adalah Knowledge dari para pakar, baik individu maupun masyarakat, serta pengalaman mereka. Tacit Knowledge bersifat sangat personal dan sulit dirumuskan sehingga membuatnya sangat sulit untuk dikomunikasikan atau disampaikan kepada orang lain. Perasaan pribadi, intuisi, bahasa tubuh, pengalaman fisik serta petunjuk praktis (rule-of-thumb) termasuk dalam jenis Tacit Knowledge.


Pendekatan lainnya, James Quinn, Philip Anderson dan Sydney Finkelstein mendefinisikan Knowledge dalam 4 level operasional :
a. Know what atau cognitive Knowledge
Merupakan Knowledge yang diperoleh melalui pelatihan, pembelajaran, dan kualifikasi formal. Level ini sangat penting bagi perusahaan namun umumnya masih kurang mencukupi bagi keberhasilan komersial.
b. Know how – merupakan level aplikasi praktis
Pada level ini apa yang telah didapat pada level I diterjemahkan dalam pelaksanaan. Pada tahap ini merupakan era dimana Knowledge menambahkan nilai dalam suatu organisasi melalui kemampuan untuk menterjemahkan Knowledge yang bersifat teoritis menjadi eksekusi yang efektif.
c. Know why disebut juga system understanding
Merupakan Knowledge terdalam dari jaringan hubungan sebab akibat yang ada pada suatu disiplin ilmu. Level ini memungkinkan profesional untuk berpindah dari pelaksaan kerja ke pemecahan masalah yang lebih besar dan kompleks dan menciptakan solusi baru bagi permasalahan baru.
d. Care why – tahap lanjutan dari kreativitas diri (self-motivated creativity)
Merupakan level dimana inovasi radikal dapat terjadi melalui lompatan imajinatif dan pemikiran lateral.
 

dari berbagai sumber

Sabtu, 24 April 2010

ERP dengan E-Business


Mengintegrasikan ERP dengan e-business untuk menciptakan bisnis yang fleksibel

ERP memungkinkan perusahaan memiliki kemungkinan untuk menstandarisasi dan mengotomisasi proses bisnis diseluruh bagian organisasi yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas dna mengurangi cycle time.

Saat ini, ERP model yang dapat membuat proses organisasional menjadi aplikasi end-to-end sudah tidak lagi sesuai dengan keadaan saat ini yang fast-movingextended enterprise. Apalagi kini dengan perkembangan teknologi internet, lingkungan bisnis sudah berubah secara dramatis. Dunia telah menjadi suatu global marketplace.

E-business telah mengubah definisi dari enterprise system. E-business mendorong ERP dari dalam core perusahaan menuju network edge. Banyak perusahaan menyadari, bagian paling menantang dari inisiatif bisnis bukan ketika membangun Web storefront, tetapi dalam mengembangkan ERP untuk mendukung solusi B2B (business to business) dan B2C (Business to Customer) Oleh karena itulah, suatu perpanjangan dari enterprise system muncul dengan mengintegrasikan ERP dengan e-business untuk menciptakan bisnis yang lebih fleksibel, lebih fokus, dan lebih kompetitif dibanding struktur bisnis tradisional dan hubungan B2B yang sempit.

ERP adalah suatu struktur pendekatan untuk mengoptimalkan internal value chain perusahaan. Sedangkan e-business merupakan kependekan dari "electronic business" yang mencakup komunikasi dan melakukan bisni ssecara elektronik melalui internet.

Melalui definisi diatas didapat bahwa sistem ERP yang tradisional mengatur internal value chain (dalam perusahaan), sedangkan e-business membangun value chain di pasaran dan industri yang ada.

dari berbagai sumber.

Komponen-komponen SOA

Setelah sebelumnya dibicarakan mengenai definisi-definisi "SOA", berikut akan dijabarkan mengenai komponen-komponen dari SOA serta keuntungan SOA dari berbagai sumber.

Komponen-komponen SOA:

1. ESB (Enterprise Service Bus)
  • ESB adalah sebuah platform untuk meletakan abstraksi service atau service wrapper, sehingga services tersebut nantinya dapat digunakan BPM (Business Process Management) untuk membentuk bisnis proses yang menggunakan banyak service. Sebuah ESB memiliki bus yang bertugas untuk menyalurkan informasi antara client, server, dan device yang terhubung.
  • Tugas utama dari ESB adalah untuk saling menghubungkan service dengan aplikasi yang ada, dengan demikian dapat menghilangkan ketergantungan komunikasi point-to-point antara service dengan aplikasi.
  • 2. BPM (Business Process Management)

  • Business Process Management adalah sebuah studi manajemen yang berfokus pada pengorganisasian kebutuhan dan permintaan client sehingga menghasilkan output yang efektif dan efisien, juga membuat inovasi yang berintegrasi dengan teknologi.
  • 3. Service

  • Service yang digunakan dalam SOA harus memiliki sifat loose coupling dan memiliki fungsi yang dapat dipanggil dari luar service itu sendiri. Loose coupling berarti sebuah service itu tidak bergantung pada bahasa yang membangunnya, bebas dari ketergantungan platform, dan tidak bergantung pada lokasi dan juga dapat di-integrasikan dengan sistem yang ada. Tujuan utama dari loose coupling ini adalah untuk mempermudah proses lepas / pasang pada sistem yang sudah berjalan, dan arti kata mudah disini adalah, bahwa pada saat sebuah service di-lepas/pasang, tidak ada perubahan yang berarti pada sistem yang sedang berjalan.
  • 4. User Interface : untuk menjalankan bisnis proses yang ada di BPM.

    Enterprise architects percaya bahwa SOA dapat membantu bisnis dalam merespon lebih cepat dan lebih cost-effectively dalam menghadapi situasi pasar yang selalu berubah-ubah. SOA memungkinkan reuse dalam level makro (services) dibandingkan pada level mikro (classes). Selain itu SOA juga dapat menyederhanakan hubungan interkoneksi kepada dan penggunaan dari- aset-aset IT yang sudah ada.
    [http://en.wikipedia.org/wiki/Service-oriented_architecture]

    SOA dengan berbagai macam standarnya yang tersedia luas, memiliki beberapa keuntungan [Raghu R. Kodali, JavaWorld.com, 06/13/05] :

  • SOA memungkinkan reusability (mengunakan kembali) aset-aset atau investasi yang sudah ada dalam perusahaan dan memungkinkan dibuatnya aplikasi-aplikasi baru diatas aplikasi yang sudah ada.
  • SOA memungkinkan dilakukannya perubahan atas aplikasi dengan tetap menjaga clients atau service konsumen terisolasi dari perubahan evolusioner yang terjadi dalam implementasi service.
  • Dengan SOA, dapat dilakukan pengembangan baru pada services individu atau services konsumen tanpa perlu menulis ulang seluruh aplikasi atau tetap menyimpan sistem yang ada yang sudah tidak lagi berhubungan dengan kebutuhan bisnis yang baru.
  • SOA memberikan perusahaan kemampuan fleksibilitas yang lebih baik dalam membangun aplikasi dan proses bisnis secara cepat dengan mengembangkan infrasturktur aplikasi yang sudah ada dalam membuat services baru.
  • Keuntungan SOA berdasarkan SUN :

  • Membantu menyusun (architect), mengimplementasikan dan mengatur solusi-solusi.
  • Membantu memastikan keunggulan yang kompetitif dengan tetap mengikuti regulasi yang ada.
  • Membantu mengurangi IT cost dan kompleksitas, dengan tetap mempercepat mendapatkan investasi kembali.
  • Memungkinkan untuk memprediksi susunan dan mengoperasikan secara aman (secure) serta efisien, dengan tetap menjalankan high levels of service kepada users dan konsumen.
  • Membantu mengurangi total cost of ownership dari operasi datacenter sampai manajemen services.
  • dari berbagai sumber:

    http://www.sun.com/products/soa/offerings.jsp
    http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-stenlyrich-31311
    http://www-01.ibm.com/software/lotus/products/dominodesigner/
    http://www-01.ibm.com/software/solutions/soa/offerings.html?
    http://msdn.microsoft.com/en-us/library/bb833022.aspx
    http://www.microsoft.com/soa/products/default.aspx
    http://www.eds.com/insights/perspectives/soa/
    http://en.wikipedia.org/wiki/Service-oriented_architecture
    Christopher Koch, “A New Blueprint For The Enterprise”, CIO Magazine, Mar 1 2005

    Jumat, 23 April 2010

    SOA


    Apa itu SOA? Berdasarkan singkatannya, SOA adalah Service Orientation Architecture, tetapi apakah arti dari SOA itu? Untuk mendapatkan pengertian yang lebih jelas mengenai SOA, berikut adalah berbagai definisi SOA dari berbagai sumber yang berbeda.

    Menurut SAP:

    Service-oriented architecture (SOA) is a blueprint for an adaptable, flexible, and open IT architecture for developing services-based, modular business solutions.

    Menurut Wikipedia :

    SOAs build applications out of software services. Services comprise intrinsically unassociated, loosely coupled units of functionality that have no calls to each other embedded in them. Each service implements one action, such as filling out an online application for an account, viewing an online bank-statement, or placing an online booking or airline ticket order. Instead of services embedding calls to each other in their source code, they use defined protocols that describe how one or more services can "talk" to each other.

    Berdasarkan OASIS group dan Open Group:

    SOA is a paradigm for organizing and utilizing distributed capabilities that may be under the control of different ownership domains. It provides a uniform means to offer, discover, interact with and use capabilities to produce desired effects consistent with measurable preconditions and expectations.

    Menurut Raghu R. Kodali, konsultan manajer produk dan juru bicara untuk Oracle Apllication Server:

    Service-oriented architecture (SOA) adalah suatu evolusi dari distribusi berbasis komputer dalam paradigma desain request/reply untuk aplikasi-aplikasi synchronous dan asynchronous. Aplikasi business logic atau functions individual dimodularisasikan dan dipresentasikan sebagai services untuk aplikasi consumer/client. Kunci untuk services ini adalah hubungannya saling tidak erat, sebagai contoh, service interface berdiri sendiri dalam implementasi. Aplikasi developer atau sistem integrator dapat membangun aplikasi dengan mengabungkan satu atau lebih services tanpa mengetahui implementasi yang berada di bawahnya. Sebagai contoh, suatu service dapat diimplementasikan dalam .Net atau J2EE, dan aplikasi yang menggunakan service tersebut dapat berbentuk platform atau bahasa yang berbeda. [http://www.javaworld.com/javaworld/jw-06-2005/jw-0613-soa.html?page=1]

    Dari sumber http://www.javaworld.com/ :

    Service-oriented architecture (SOA) adalah suatu struktur yang menunjang komunikasi antara services. SOA mendefinisikan bagaimana dua bagian computing, seperti program-program saling berinteraksi dalam suatu cara yang memungkinkan satu bagian menjalankan suatu bagian pekerjaan untuk bagian lainnya. Interaksi-interaksi service didefinisikan dengan mengunakan bahasa tertentu. Setiap interaksi merupakan self-contained dan loosely coupled, sehingga masing-masing interaksi berdiri sendiri.

    Menurut Pungus .R S :

    SOA adalah sebuah kerangka kerja untuk mengintegrasikan proses bisnis dan mendukung infrastruktur teknologi informasi dan menstandarisasi komponen-komponen layanan yang dapat digunakan kembali dan digabungkan sesuai dengan prioritas bisnis. SOA bersifat loosely coupled (tingkat kebergantungan antar komponen rendah), highly interoperable (mudah dioperasikan), reusable (dapat digunakan kembali), dan interoperability (dapat berkomunikasi antar platform). (http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-stenlyrich-31311)

    Berdasarkan EDS :

    Walaupun SOA telah dikenal sebagai suatu konsep selama bertahun-tahun, definisi yang berbeda-beda mengenai SOA masih banyak terjadi. EDS, suatu bagian dari perusahaan HP, mendefinisikan SOA sebagai suatu konsep bisnis sejajar dengan arsitektur yang fungsi bisnisnya atau aplikasi logic-nya dibuat tersedia sebagai shared, reusable services dalam jaringan IT.  SOA berdasarkan konsep komponen loosely coupled yang memiliki kapabilitas dalam berinteraksi secara standard dan transparan tanpa mempedulikan platforms, vendors atau teknologi apa yang digunakan untuk menjalankan komponen-komponennya.

    Kesimpulan

    Dari pernyataan-pernyataan diatas, dapat diambil kesimpulan secara sederhana bahwa SOA adalah suatu desain arsitektur yang bersifat loosely-coupled (tingkat kebergantungan antar komponen rendah), highly interoperable (mudah dioperasikan), reusable (dapat digunakan kembali), dan interoperability (dapat berkomunikasi antar platform) untuk mendukung tercapainya tujuan bisnis dalam suatu organisasi.

    SOA memungkinkan teknologi informasi menjadi semakin responsif atas permintaan bisnis. Hal tersebut dapat terjadi karena komponen-komponen yang standard dan fleksibel dapat dikembangkan, dikombinasikan dan didistribusikan secara cepat untuk menunjang perubahan dalam bisnis. SOA telah menjadi sesuatu yang penting bagi perusahaan agar dapat merespon secara aktif tantangan-tantangan dalam dinamika bisnis dan melihat keuntungan dari bisnis baru.

    dari berbagai sumber.

    Evaluating Technology


    Di setiap perusahaan baik kecil maupun besar, pada saat ini pasti memiliki suatu teknologi yang diterapkan untuk mendukung kinerja perusahaan. Teknologi yang diterapkan dapat berbagai macam, baik hanya berupa komputer untuk menginput data sampai pada teknologi ERP, CRM, dll. Kegunaan teknologi bagi perusahaan tentu harusnya memberikan keuntungan, memberikan nilai tambah bagi perusahaan, dsb. Pertanyaannya sekarang, bagaimana kita menilai teknologi tersebut?

    Mengukur nilai yang dikontribusikan oleh teknologi bagi suatu bisnis merupakan suatu hal yang kompleks dan menantang.

    “Nilai tidak terdapat pada teknologi itu sendiri, tetapi pada bagaimana investasi teknologi tersebut mendukung tercapainya tujuan bisnis”

    Mengevaluasi keuntungan suatu teknologi tidak mudah karena:
    - Informasi yang ada tidak berguna kecuali informasi tersebut mendukung/membantu dihasilkannya keputusan yang lebih baik yang tidak akan dapat dilakukan tanpa menggunakan informasi tersebut
    - Mengetahui semua informasi yang ada sebelum membuat keputusan hanya berujung pada kelebihan informasi.
    - Nilai dari teknologi bergantung pada Tujuan Bisnis yang didukungnnya, dan sampai pada tingkat apa teknologi tersebut penting bagi pencapaian tujuan bisnis

    Mengatur/mengukur nilai yang dikontribusikan oleh IT tidaklah tidak mungkin, selama pengukuran yang digunakan adalah pengukuran yang tepat.

    Banyaknya biaya/uang yang dikeluarkan pada teknologi tidak memastikan value (nilai) yang tinggi bagi bisnis. Yang penting adalah: Bagaimana menggunakan teknologi, bukan berapa besar biayanya. 

    Tiga faktor dimensi yang perlu diperhatikan ketika mempengaruhi meningkatnya nilai (value) investasi teknologi:
    1. Efficiency -> efisiensi berbicara muang dan waktu, seperti mengurangi biaya operasional.
    2. Effectiveness ->
    lebih ke arah bagaimana mencapai tujuan/goal. Memberikan value lebih untuk investasi; diukur dari tingkatan kontribusi teknologu dalam mencapai tujuan perusahaan.
    3. Productivity ->
    memastikan hal yang benar di otomisasi; diukur dari seberapa baik investasi teknologi sejalan dengan tujuan perusahaan.

    Tantangan terbesar dalam mengatur investasi IT adalah:
    Menarik keseimbangan antara melakukan hal yang benar (efficiency) dan melakukan hal yang benar pada saat yang tepat (effectiveness) yang berpengaruh pada produktifitas.

    sumber: artikel "Managing Technology Investment" oleh Catherine Aczel Bolvie

    Rabu, 21 April 2010

    Level/Tingkatan Knowledge Management


    Masih mengenai Knowledge Management.

    Rosenberg mengidentifikasi luas lingkup aplikasi KM menjadi tiga level/tingkatan, yaitu :

    Level 1. Document Management

    Merupakan aplikasi KM yang paling sederhana, karena KM hanya digunakan untuk memfasilitasi distribusi informasi saja.

    Level 2. Information creation, sharing, and management

    Aplikasi KM pada level ini antara lain : new content of information creation, communication and collaboration, real-time information management, capturing and distributing expert stories.

    Level 3. Enterprise intelligence

    Pada level ini KM mencerminkan “the truly know-how of the organization”. Pelaksaan aktivitas primer organisasi sepenuhnya tergantung pada keahlian berbasis pengetahuan yang melekat pada keseluruhan sistem yang terdapat dalam perusahaan. Beberapa aktivitas KM pada level ini adalah : building expert network, interacting with operational databases, performance support, leveraging organizational ”know-how”.

     

    The Knowledge Management Pyramid

    sumber:  Rosenberg, M.J. 2001. E-learning : Strategies for Delivering Knowledge in the Digital Age, Mc-Graw-Hill

    People, Process, Technology dan KM


    Kembali membahas mengenai Knowledge Management (KM), menurut Collison dan Parcell, Knowledge Management adalah wilayah yang kompleks, yang menjangkau batas-batas pembelajaran dan perkembangan, teknologi informasi, dan sumber daya manusia. Knowledge management dapat menjadi kekuatan untuk memonitor dan mengkomunikasikan apa yang tercakup di dalam perusahaan.

    Collison dan Parcell membuat model yang menunjukkan kesuksesan KM dalam berinteraksi di antara tiga elemen pokok yaitu :

    1. People

    Yang berarti Knowledge berasal dari orang. People merupakan bentuk dasar untuk membentuk Knowledge baru. Tanpa ada orang tidak akan ada Knowledge.

    2. Technology

    Merupakan infrastruktur teknologi yang standar, konsisten, dan dapat diandalkan dalam mendukung alat-alat perusahaan.

    3. Processes

    Terdiri dari menangkap, menyaring, mengesyahkan, mentransformasikan, dan menyebarkan Knowledge ke seluruh perusahaan dilengkapi dengan menjalankan prosedur dan proses tertentu.

    Ketiga elemen tersebut tidak hanya perlu, tetapi juga saling melengkapi antara satu dengan lainnya, karena Knowledge management adalah wilayah dimana tiga elemen tersebut overlap. 

    sumber: 

    Ghalib, A.K. 2004. “Systemic knowledge management : Developing a Model for Managing Organisational Assets for Strategic and Sustainable Competitive Advantage”, Journal of Knowledge Management Practice, available from http://www.tlainc.com/articl56.htm [6 Mei 2010, 3.48 AM]

    Sabtu, 17 April 2010

    CRM Models


    Setelah sebelumnya dibahas mengenai CRM dan tipe-tipe CRM, kini pembahas CRM akan berlanjut mengenai Model-model CRM. Berikut adalah 5 model CRM yang cukup sering digunakan:

    1. Model IDIC

    Model IDIC dikembangkan oleh Peppers and Rogers, sebuah firma konsultasi. Model IDIC menyarankan perusahaan menjalankan empat hal dalam membangun hubungan one-to-one dengan pelanggan lebih dekat. Keempat hal tersebut adalah:
    a. Identify
    Mengidentifikasi siapa pelanggan perusahaan dan membangun hubungan saling pengertian antara perusahaan dengan pelanggan. 
    b. Differentiate
    Membedakan pelanggan untuk diidentifikasikan pelanggan mana yang paling memberikan value saat ini dan mana yang akan paling memberikan value di masa mendatang. 
    c. Interact
    Melakukan interaksi dengan pelanggan untuk memastikan perusahaan mengeri ekspektasi pelanggan dan hubungannya dengan supplier atau brand lain.
    d. Customize
    Menyesuaikan penawaran dan komunikasi agar memastikan ekspektasi pelanggan dapat tercapai.

    2. Model QCi

    Model ini sering juga disebut QCI Customer Management Model. Di tengah-tengah model, seperti yang dapat dilihat pada Gambar, terdapat sejumlah aktivitas yang harus dijalankan oleh perusahaan untuk menarik dan menjaga pelanggan. ModelQCi menunjukkan people (orang) yang menjalankan aktivitas dan menggunakan teknologi untuk mendukung aktivitasnya.


     

    3. CRM Value Chain

    Model CRM value chain memiliki lima primary stages dan empat supporting conditions yang diperlukan untuk mencapai tujuan peningkatan keuntungan bagi pelanggan.
    Primary stages terdiri atas:
    a. Customer portfolio analysis
    b. Customer intimacy
    c. Network development
    d. Value proposition development
    e. Managing the customer lifecycle

    Setiap tahap dari primary stages dijalankan secara berkesinambungan untuk memastikan bahwa perusahaan, dengan semua dukungan dari jaringan suppliers, partners dan para pegawai, akan menciptakan dan memberikan suatu value proposition yang dapat menarik dan menjaga pelanggan yang menguntungkan.

    Sedangkan supporting conditions terdiri atas:
    a. Leadership and culture
    b. Data and IT
    c. People 
    d. Processes

    Keempat supporting conditions tersebut akan memungkinkan strategi CRM berjalan dengan efektif dan efisien.

    4. Payne’s Five-Process Model

    Model CRM berikutnya dikembangkan oleh Adrian Payne. Payne’s Five-Process Model mengidentifikasikan lima proses inti dalam CRM, yaitu:

    a. Strategy development process
    b. Value creation process
    c. Multichannel integration process
    d. Performance assessment process
    e. Information management process

    Strategy development process dan value creation process menggambarkan tipe strategic CRM, multichannel integration process menggambarkan tipe operasional CRM, sedangkan information management process merupakan analytical CRM. 

    5. Gartner Competency Model

    Sesuai dengan namanya, Gartner Competency Model dikembangkan oleh Gartner Inc. yang merupakan perusahaan penelitian dan penasehat IT dengan 1200 research analysts dan konsultan tersebar di 75 negara.

    Berdasarkan Gartner competency model, perusahaan memerlukan kompetensi dalam delapan area agar CRM dapat sukses. Delapan area tersebut adalah sebagai berikut:

    a. CRM vision
    b. Developing CRM strategies
    c. Designing valued customer experiences
    d. Intra and extra-organizational collaboration
    e. Managing customer lifecycle processes
    f. Information management
    g. Technology implementation
    h. Developing measures indicative of CRM success or failure

    Sumber:  Francis Buttle, 2009, Customer Relationship Management: Concepts and Technology, 2nd ed., Butterworth-Heinemann, Burlington

    CRM(2)


    Pada blog sebelumnya telah dibahas mengenai definisi-definisi CRM. Definisi yang pasti mengenai CRM dapat kita ketahui jika dilihat tipe-tipe CRM yang ada menurut Francis Buttle.

    Menurut Francis Buttle, beberapa perbedaan pendapat mengenai CRM dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan adanya sejumlah tipe-tipe yang berbeda dalam mengidentifikasikan CRM. Tipe-tipe tersebut adalah strategic, operational, analytical dan collaborative.

    1. Strategic CRM
    Strategic CRM berfokus pada pengembangan budaya bisnis customer-centric yang bertujuan untuk memenangkan dan menjaga konsumen. Budaya bisnis customer-centric dapat dicapai dengan menciptakan dan memberikan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan kompetitor. Dalam budaya seperti costumer-centric, umumnya sumber daya yang ada akan ditempatkan pada posisi yang paling meningkatkan nilai konsumen, seperti menerapkan sistem reward untuk mendorong perilaku pegawai yang akan meningkatkan kepuasan pelanggan, selain itu, informasi mengenai konsumen juga dikumpulkan, dibagikan dan diterapkan dalam bisnis.

    2. Operational CRM
    Operasional CRM mengotomisasi dan mengembangkan proses-proses bisnis customer-facing dan customer-supporting. Software aplikasi CRM memungkinkan fungsi-fungsi marketing, penjualan dan servis yang telah terotomosasi dan terintegrasi.

    3. Analytical CRM
    Analitis CRM (analytical CRM) fokus pada menangkap, menyimpan, mengekstraksi (extracting), mengintegrasi, memproses, menginterpretasi, menyebarkan, menggunakan dan melaporkan data yang berhubungan dengan konsumen (customer-related data) untuk meningkatkan nilai konsumen dan perusahaan. Analitis CRM berpondasi pada informasi mengenai konsumen (customer-related).

    Dari sisi konsumen, analitis CRM dapat memberikan solusi yang timely dan customized bagi masalah konsumen, yang berujung pada kepuasaan pelanggan. Sedangkan dari pandangan perusahaan, analitis CRM menawarkan prospek program cross-selling dan up-selling yang lebih kuat, serta program retention (pengikat) dan akuisisi pelanggan yang lebih efektif.

    4. Collaborative CRM
    Kolaborasi CRM merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan arah strategi dan taktik pada perusahaan yang umumnya terpisah dalam supply chain, dengan tujuan keuntungan yang lebih dalam identifikasi, atraksi, retention dan pengembangan pelanggan. Kolaborasi CRM menggunakan teknologi CRM untuk berkomunikasi dan bertransaksi diseluruh bagian organisasi.

    dari sumber:

    Francis Buttle, 2009, Customer Relationship Management: Concepts and Technology, 2nd ed., Butterworth-Heinemann, Burlington.

    CRM(1)


    Istilah customer relationship management (CRM) mulai muncul pada awal tahun 1990an. Sejak saat itu, telah terdapat berbagai usaha untuk mendefinisikan domain CRM. Berikut adalah beberapa definisi CRM dari berbagai sumber.


    Menurut Kalakota dan Robinson (2001), CRM didefinisikan sebagai suatu fungsi terintegrasi yang terdiri dari strategi penjualan, marketing dan services yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dari kepuasaan pelanggan.


    James A. O’Brien (2002), menyatakan CRM adalah aplikasi e-busines lintas fungsi yang mengintegrasikan dan mengotomisasikan berbagai proses pelayanan terhadap pelanggan dalam kegiatan penjualan, direct marketing, proses order, pembukaaan account, serta dukungan layanan pelanggan.


    Budi Sutedjo (2003) mengartikan CRM sebagai konsep tentang membangun relasi yang erat antara perusahaan, dalam hal ini pihak manajemen dengan para pelanggannya.


    Perusahaan-perusahaan IT (Information Technology) cenderung menggunakan istilah CRM untuk mendeskripsikan aplikasi software yang mengotomisasikan fungsi-fungsi marketing, selling dan service dalam bisnis. Forrester, technology research organization, memperkirakan secara luas, pengeluaran pada teknologi CRM akan terus meningkat. Sedangkan pihak-pihak dengan perhatian pada hal manajerial dibanding teknologi menyatakan bahwa CRM adalah pendekatan disiplin untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan konusmen yang menguntungkan, serta menyatakan teknologi tidak memiliki atau memiliki peran dalam hal tersebut.

    dari berbagai sumber:

    Francis Buttle, 2009, Customer Relationship Management: Concepts and Technology, 2nd ed., Butterworth-Heinemann, Burlington.

    Ed Peelen, 2005, Customer Relationship Management, Prentice Hall, Amsterdam.

    Don Peppers, Martha Rogers, 2004, Managing Customer Relationships: A Strategic Framework,John Wiley & Sons, inc, New Jersey.

    Jumat, 16 April 2010

    Analisa SWOT

    Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Analisa SWOT adalah sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi.

    Analisa SWOT terbagi atas empat komponen dasar yaitu : 
    1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini. 
    2. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini. 
    3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.
    4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan.

    sumber: Daniel, Start,and Ingie, Hovland, SWOT Analysis: Tools for Policy Impact A Handbook for Researchers, [Online] Available: http://www.odi.org.uk/resources/download/156.pdf [2010, April 17]

    Porter’s Five Forces


    Model five competitive forces dikembangkan oleh Michael E. Porter dalam bukunya “Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and Competitors” pada tahun 1980. Sejak saat itu, model five competitive forces menjadi salah satu tool yang penting dalam menganalisa suatu struktur organisasi industri dalam proses strateginya.

    Porter mengidentifikasikan lima kekuatan kompetitif yang dapat mengubah bentuk tiap industri dan pasar. Setiap kekuatan memperlihatkan intensitas dari kompetisi yang mempengaruhi keuntungan dan kelebihan suatu industri. Dengan melakukan analisa porter’s five forces, perusahaan akan dapat memodifikasi kekuatan-kekuatan kompetitifnya yang dapat meningkatkan posisi organisasi. Berdasarkan analisa porter’s five forces, manajemen organisasi dapat menentukan bagaimana menmpengaruhi atau mengeksploitasi suatu karakteristik tertentu dari industrinya. 

    Kelima kekuatan kompetitif dalam analisa five forces, adalah:
    1. Bargaining power of suppliers
    Supplier dalam hal ini adalah input yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa perusahaan. Beberapa contoh kekuatan supplier termasuk tinggi ketika:
    • Pasar didominasi oleh beberapa supplier besar daripada sumber suplai yang terpisah-pisah.
    • Tidak ada pengganti atau substitusi untuk input tertentu.
    • Biaya perpindahan dari satu supplier dengan supplier lain cuup tinggi

    2. Bargaining power of customers
    Kekuatan penawaran oleh pelanggan menunjukkan seberapa besar pelanggan dapat memberikan tekanan pada margin dan volume. Beberapa contoh situasi ketika kekuatan penawaran pelanggan tinggi dapat dilihat sebagai berikut:
    • Pelanggan membeli produk/jasa dalam volume besar, sehingga terjadi konsentrasi pelanggan.
    • Industri penyuplai menjalankan sejumlah besar operator-operator kecil.
    • Produk atau jasa yang ditawarkan mudah untuk dicari alternatifnya.

    3. Threat of new entrants
    Ancaman dari pendatang baru akan semakin tinggi ketika bidang industri cukup mudah untuk dimasuki. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya industri dimasuki oleh pendatang baru:
    • Investasi yang tinggi
    • Loyalitas konsumen terhadap suatu merek.
    • Akses bahan mentah telah dikuasai oleh industri yang ada
    • Jaringan distribusi telah dikuasai oleh industri yang telah berjalan.
     
    4. Threat of substitute products
    Ancaman produk pengganti muncul ketika ada produk alternative dengan kualitas yang sama atau lebih baik dan harga yang lebih murah. Mirip dengan threats of new entrants, ancaman produk pengganti dipengaruhi oleh:
    • Loyalitas konsumen terhadap suatu merek
    • Hubungan dengan pelanggan yang dekat
    • Biaya berpindah ke produk lain
    • Tren yang sedang muncul

    5. Competitive rivalry between existing players
    Menggambarkan intensitas kompetisi antara perusahaan dengna industri lain. Tingginya tingkat kompetisi akan dapat menekan harga, margins dan keuntungan perusahaan. Kompetisi antar perusahaan tinggi ketika:
    • Terdapat banyak pemain dengan ukuran yang tidak terlalu jauh berbeda.
    • Para pemain menjalankan strategi yang tidak terlalu jauh berbeda
    • Tidak terdapat banyak pperbedaan pada masing-masing produk sehingga terjadi kompetisi harga.

    sumber:  John Ward and Joe Peppard, "Strategic Planning for Information Systems", Third Edition,  John Wiley&Sons, 2002.

    Sabtu, 10 April 2010

    Risk Assessment Activities

    Setelah Sebelumnya dibahas mengenai Risk Management, kini saya akan memperlihatkan flowchart Risk Assessment Activities dan penjelasan secara singkat.

    Pada flowchart diatas diperlihatkan langkah-langkah ketika melakukan Risk Assessment, tiap langkah sudah ada penjelasan yang cukup jelas mengenai input dan output di samping kiri dan kanan bagan, saya hanya akan menjelaskan mengenai control analysis dan likelihood Determination secara singkat.

    Control Analysis

    Kontrol analisis dijalankan untuk menganalisa kontrol yang telah diimplementasi atau yang akan diimplementasi untuk mengatasi threat.

    Likelihood Determination

    Output dari likelihood determination adalah likelihood rating yang dibagi tiga: High (motivasi tinggi, tetapi tidak bisa mengontrol), medium (motivasi ada dan kontrol juga ada), dan Low (morivasi rendah dan ada kontrol)

    Risk management dan SDLC


    Risk Management adalah proses yang membuat manajer dapat menyeimbangkan antara biaya operasional untuk perlindingan dengan keuntungan (melindungi IT system dan data)

    Risk management yang efektif harus diintegrasikan secara penuh pada SDLC (System Development Life Cycle). Dalam SDLC ada 5 langkah: initiation, development, emplementation, opertation, disposal.

    Metodologi risk management tetap sama tidak peduli pada fase SDLC mana assessment dilakukan. Risk Management merupakan proses iteratif yang dapat dijalankan pada tiap-tiap fase SDLC.

    Pada Tabel dibawah dapat dilihat penjelasan mengenai tiap fase SDLC serta support dari aktivitas Risk Management.


    dari berbagai sumber

    Jumat, 02 April 2010

    IT Risk


    Apakah IT Risk itu? IT Risk dapat dikatakan secara sederhana sebagai suatu kesalahan yang dapat terjadi pada IT dan menghasilkan dampak negatif pada bisnis.

    Kebalikan dari IT Risk namanya IT Opportuniy.

    Berikut adalah klasifikasi IT Risk:

    1. Projects --> Kegagalan biasanya pada timing, wuality, dan scope. Contohnya: tidak tepat waktu, mengkonsumsi resource berlebih, fungsi yang diberikan lebih sedikit dari yang direncanakan, dll

    2. IT Service Continuity --> berhubungan dengan matinya service akibat IT RIsk sehingga mengganggu bisnis. Umumnya berhubungan dengan operational dan production system.

    3. Information Asset --> Kegagalan dalam menyimpan dan menjaga asset Berfokus pada kerusakan, kehilangan dan eksploitasi dari informasi yang ada dalam sistem IT.

    4. Service Providers and vendors --> kerusakan pada IT value chain. Lebih kearah matinya services yang disediakan oleh vendor.

    5. Application --> sistem yang rapuh. Lebih ke arah gagal.berhentinya aplikasi.

    6. Infrastructure --> pondasi yang rapuh. Lebih mengarah pada kegagalan komputer dan network resource.

    7. Strategic and emergent --> disabled by IT